Penemuan Terbaru Arkeolog tentang Keberadaan Yesus

Date:

Sosok Yesus Kristus masih menjadi perdebatan bagi beberapa orang. Beberapa pendapat ilmiah juga menunjukkan berbagai pendapat mengenai sosok tersebut.

Dalam survei oleh Gereja Inggris pada tahun 2015 lalu, 22% orang dewasa Inggris tidak percaya Yesus merupakan sosok yang nyata sesuai fakta. Ahli arkeolog juga mencoba menjawab perbedaan itu.

Profesor ilmu perpustakaan di Universitas Purdue dan penulis artikel Biblical Archaeology Review, Lawrence Mykytiuk mengatakan dirinya mempunyai pendapat yang tegas bahwa tidak ada bukti fisik atau arkeologis soal keberadaan Yesus. “Tidak ada yang konklusif, saya juga tidak berharap akan ada,” kata dia dikutip dari The History, dikutip Sabtu (30/12/2023).

Sementara itu, Bart D. Ehrman, seorang profesor studi agama di Universitas North Carolina mengatakan hal yang hampir sama. Tidak ada catatan arkeologi dari saksi yang pada periode yang sama dengan Yesus.

Namun absennya bukti arkeologi tidak bisa diartikan sosoknya tidak ada. Kemungkinan, pada era tersebut memang kehidupan Yesus Kristus tidak meninggalkan catatan arkeologi.

Catatan soal Yesus yang paling jelas terungkap dalam 20 jilid buku sejarah bangsa Yahudi yang ditulis Flavius Josephus, seorang sejawarawan Yahudi. Buku itu ditulis pada tahun 93 Masehi.

Josephus diperkirakan lahir setelah penyaliban Yesus sekitar tahun 37 M. Dia merupakan bangsawan dan pemimpin militer, serta memiliki koneksi di Palestina. Dia juga komandan di Galilea saat Pemberontakan Yahudi pertama melawan Roma tahun 66-70M. Namun Josephus disebut bukan pengikut Yesus.

“Pertanyaan-pertanyaan tentang keaslian terus menyelimuti peninggalan langsung yang terkait dengan Yesus, seperti mahkota duri yang konon dikenakan saat penyaliban, (salah satu contohnya disimpan di dalam Katedral Notre Dame di Paris), dan Kain Kafan Turin, kain kafan yang konon dihias dengan gambar wajah Yesus.”

Namun, para arkeolog telah mampu menemukan beberapa bukti yang memperkuat kebenaran cerita yang dikisahkan di Alkitab. Meskipun beberapa orang memperdebatkan keberadaan Nazaret kuno, kota masa kecil Yesus dalam Alkitab, para arkeolog telah menemukan sebuah rumah dengan halaman yang dipahat dari batu, beserta makam dan kolam.

Mereka juga menemukan bukti fisik penyaliban Romawi seperti yang digambarkan dalam Perjanjian Baru.

Catatan paling terperinci tentang kehidupan dan kematian Yesus berasal dari empat Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya. Namun klaim tersebut harus dievaluasi dengan sangat kritis untuk mendapatkan informasi yang bisa diandalkan secara historis.

Catatan lain tentang Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus. Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan “orang-orang yang biasa disebut orang Kristen, yang dibenci karena kebesaran mereka.”

Christus, nama pendiri tersebut, dihukum mati oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius.

Ketika Tacitus menulis sejarah, dia menjamin nilai historis dari bagian tersebut. Tak lama sebelum Tacitus menulis catatannya tentang Yesus, gubernur Romawi Pliny the Younger menulis kepada Kaisar Trajan bahwa orang-orang Kristen mula-mula “menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Kristus seperti kepada dewa.”

Beberapa ahli juga percaya bahwa sejarawan Romawi, Suetonius, merujuk kepada Yesus dengan mencatat bahwa Kaisar Claudius telah mengusir orang-orang Yahudi dari Roma yang “terus menerus membuat kekacauan atas hasutan Chrestus.”

Sumber-sumber literatur dari Arab pra-Islam menunjukkan bukti-bukti kekristenan, termasuk ribuan prasasti kuno yang bergambar salib dan menggunakan istilah-istilah Kristen.

Suku-suku Arab menulis puluhan ribu prasasti batu dalam bahasa lokal mereka, sebuah dialek awal bahasa Arab, menggunakan abjad konsonan asli, yang oleh para ahli modern disebut sebagai Safaitik.

Pada pergantian Era Umum, para pengembara di Harra telah menguasai tulisan. Prasasti Yesus dari Wadi al-Khudari merupakan prasasti peringatan, yang berarti bahwa prasasti ini memperingati orang yang telah meninggal. Prasasti ini memberikan nama dan silsilah si pembuat prasasti (Wahb-El). Prasasti ini berasal dari abad keempat dan menyebut nama Yesus-dengan nama yang sama dengan nama Isa yang ada di dalam Al-Quran.

Penulisnya, atau paling tidak pamannya, adalah seorang Kristen.

Berita POpuler

Berita Terkait
Related

Kantor Tempo Dikirim 6 Bangkai Tikus, Skandal Baru!

Kantor redaksi Tempo telah menerima kiriman berupa kotak berisi...

Kematian Mahasiswa UKI: Saksi yang Diperiksa Bertambah Menjadi 39

Kepolisian telah memeriksa 39 saksi terkait kasus kematian mahasiswa...

Bonus Hari Raya Mitra Gojek: Resmi Cair!

Gojek kabarnya telah menyalurkan Bonus Hari Raya (BHR) kepada...

Polisi Amankan Sekuriti Curang Curi Kulkas dan AC di Jakarta Selatan

Kasus kejahatan dilakukan oleh seorang petugas keamanan (sekuriti) di...