Perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) layak dijadikan pijakan untuk menghadapi dinamika perekonomian global saat ini. IMF mencatat bahwa perlambatan ekonomi pasca pandemi Covid-19 akan berlanjut sepanjang tahun ini. Jepang dan Inggris, dua negara industri maju anggota G-7, sudah tergelincir ke zona resesi. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS hanya akan mencapai 1,6 persen tahun ini, turun dari 2 persen pada 2023, sementara pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan turun menjadi 4,5 persen pada 2024, dari 5 persen pada 2023.
Jepang dan Inggris mengalami resesi karena pertumbuhan ekonominya terus menurun selama dua kuartal berturut-turut. Jepang mengalami kontraksi sebesar 0,4 persen pada kuartal IV 2023, sedangkan Inggris mengalami kesulitan pulih dari dampak pandemi Covid-19 disertai naiknya harga energi.
Perekonomian global yang sedang tidak stabil ini perlu diwaspadai dengan bijaksana oleh pemerintah Indonesia. Kondisi global tersebut sudah mulai berdampak negatif pada ekspor Indonesia. Selain itu, tekanan terhadap APBN akibat tingginya suku bunga juga merupakan tantangan serius.
Pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis untuk mencegah terjadinya resesi ekonomi di Indonesia, dengan memperhatikan kondisi global yang tidak pasti. Kebijakan ekonomi yang bijaksana dan berpijak pada kepentingan rakyat harus menjadi prioritas utama. Selain itu, upaya untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri juga harus ditingkatkan agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor beras.
Pemerintah juga harus memperhatikan kondisi stok beras dan memitigasi ganggguan produksi akibat perubahan iklim. Selain itu, perlu ada program berkelanjutan untuk mengatasi faktor-faktor yang memengaruhi produksi beras di Indonesia. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan Indonesia dapat terhindar dari resesi ekonomi dan mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
