KOBI mengumpulkan data keanekaragaman hayati di Indonesia sebanyak 11.137 entitas

Date:

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) mengumumkan telah berhasil mengumpulkan data sebanyak 11.137 keanekaragaman hayati yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut Ketua KOBI Prof Budi Setiadi Daryono, sejak tahun 2019 KOBI telah menginisiasi penyusunan Indeks Biodiversitas Indonesia (IBI) melalui kegiatan MBKM-Kurator Data Hayati yang diikuti 514 orang mahasiswa yang berasal dari 104 kampus untuk menghimpun dan menyusun data keanekaragaman hayati di Indonesia.

Upaya tersebut dilakukan untuk mengatasi tekanan kerusakan dan ancaman kepunahan kekayaan spesies flora-fauna dan mikrobiotik yang hidup di ekosistem darat, perairan tawar, lahan basah, pesisir, dan laut.

Di sisi lain, kondisi biodiversitas belum dapat diukur status, tren, serta dampak secara nasional dari kegiatan antroposentris.

Data 11.137 keanekaragaman hayati yang telah terkumpul, menurut Budi, selanjutnya akan dianalisis lebih dalam oleh para ahli dan kurator yang kompeten di bidangnya.

Menurut Budi, analisis indeks keanekaragaman hayati ini melalui pengembangan pemanfaatan teknologi big data biodiversitas untuk menjawab gap pengetahuan soal data biodiversitas saat ini.

“Pemanfaatan big data ini khususnya untuk mengukur status, tren dan dampak kegiatan pembangunan terhadap biodiversitas di habitatnya,” ujar Dekan Fakultas Biologi UGM ini.

Menurut dia, dengan dukungan desain konsep dan model yang kuat, serta komposisi keahlian dan pengetahuan yang tepat dalam tim studi, akan dapat mengoptimalkan produk pengetahuan baru dari pemanfaatan big data.

Budi berharap hasil asesmen IBI dapat menjadi acuan data dan pedoman visual bagi para praktisi di bidang keanekaragaman hayati serta menjadi usulan untuk perencanaan bagi pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan dan pengambilan keputusan.

Manajer World Water Forum (WWF) Indonesia sekaligus anggota Tim Riset Indeks Biodiversitas Indonesia Barano Siswa Sulistyawan menyatakan kurasi data keanekaragaman hayati ini berdasarkan pengumpulan data rentang tahun 1975 hingga tahun 2023.

Terhadap data yang diperoleh selanjutnya dilakukan sensus populasi, pendugaan populasi, kepadatan termasuk data yang dikonversi dari kamera trap, indeks kemelimpahan, pengangkutan per unit usaha, biomassa, sampel, dan keterwakilan.

“Semua data yang masuk dalam penyimpanan dan update melalui sistem Indonesia biodiversity, database server, lalu dilakukan koreksi geografi lokasi hasil pengamatan sesuai dengan laporan publikasi,” kata dia.

Alumnus Fakultas Biologi UGM ini menerangkan bahwa kini tengah melakukan indeks keanekaragaman hayati dalam kategori per kelas seperti analisis yang dilakukan untuk kelompok actinopterygii, aves, mammalia, reptilia, dan invertebrata.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024

Berita POpuler

Berita Terkait
Related

Gaji Hakim Naik: Prabowo Umumkan Kenaikan Gaji Terbesar

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto telah mengumumkan kenaikan gaji...

Fitur iOS 26 Eksklusif untuk iPhone Baru: Apa yang Perlu Anda Ketahui

Apple baru saja merilis iOS 26, sistem operasi terbaru...

Motif Suami Bakar Rumah: Cemburu pada Istri Dugaan Lesbian

Pada suatu hari di Jakarta Selatan, motif dari seorang...

6 Kriteria Penting Hutan Lindung dalam Ekosistem

Hutan lindung merupakan bagian penting dalam menjaga keberlangsungan hidup...