Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok hacker kawakan asal Korea Utara (Korut), Lazarus, ternyata melakukan pencucian uang dengan memanfaakan firma pembayaran, Huione Pay, di Kamboja.
Laporan Reuters, dikutip Selasa (16/7/2024), mengatakan Huione Pay yang berbasis di Phnom Penh menerima kripto senilai lebih dari US$150.000 atau setara Rp 2,4 miliar dari dompet digital yang digunakan Lazarus.
Sebagai informasi, Huione Pay menawarkan perdagangan mata uang asing, pembayaran, serta layanan remitansi.
Adapun pembayaran kripto dari Lazarus di Huione Pay dilakukan dalam beberapa kali antara Juni 2023 hingga Februari 2024, menurut data blockchain yang didapat Reuters.
Kripto dikirim ke Huione Pay dari dompet digital anonim, menurut dua analis blockchain. Dompet digital itu terdeteksi digunakan oleh para hacker Lazarus untuk melakukan deposit dana hasil curian dari tiga perushanaan kripto pada Juni dan Juli tahun lalu.
Mayoritas peretasan yang dilakukan menggunakan modus penyerangan phising, yakni mengelabui korban dengan iming-iming atau urgensi tertentu.
Pada Agustus 2023 lalu, FBI mengatakan Lazarus telah menjarah US$160 juta (Rp 2,5 triliun) dari beberapa firma kripto. Antara lain CoinsPaid, Atomic Wallet, dan Alphapo.
Setidaknya, firma-firma tersebut yang paling baru teridentifikasi sebagai korban Lazarus. Pemerintah AS mengatakan duit hasil penipuan Lazarus digunakan untuk membiayai program senjata Pyongyang.
Bank Nasional Kamboja (NBC) mengatakan ke Reuters, firma pembayaran seperti Huione tak diizinkan melakukan perdagangan mata uang kripto dan aset digital lainnya.
Pada tahun 2018, dikatakan bahwa larangan tersebut bertujuan untuk menghindari kerugian investasi karena volatilitas kripto, kejahatan dunia maya, dan anonimitas teknologi “yang dapat menyebabkan risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme.”
Next Article
Penipuan WhatsApp dan Email Makin Banyak, Kenali Modus Terbaru 2024
(fab/fab)