Setiap tahun, pada tanggal 2 Desember, dunia memperingati Hari Konvensi Ikan Paus Internasional. Konvensi ini bertujuan untuk menjaga populasi paus. International Whaling Commission (IWC) didirikan atas dasar International Convention for the Regulation of Whaling (IWCR) yang ditandatangani pada tanggal 2 Desember 1946 di Washington DC. Konvensi ini menyatakan tujuannya untuk memberikan perlindungan yang tepat bagi populasi paus dan mengatur industri perburuan paus secara baik.
Seiring waktu, perburuan paus telah berkembang dari metode seprti tombak hingga penggunaan bahan peledak. Keberadaan Konvensi Internasional 1946 tentang Peraturan Penangkapan Ikan Paus (ICRW) menjadi kerangka hukum untuk regulasi perburuan paus. Inisial IWC disetujui oleh 15 negara anggota pada awalnya, namun saat populasi paus hampir punah, negara-negara tersebut mulai berfokus pada konservasi paus.
Dalam konferensi PBB di Swedia pada 1972, resolusi dikeluarkan untuk mencapai larangan perburuan paus komersial dalam 10 tahun untuk mendukung pemulihan populasi paus. Pada saat ini, IWC telah berkembang menjadi 88 negara dengan banyak negara yang tidak pernah berburu paus bergabung untuk mendukung konservasi paus dan lingkungan.
Langkah-langkah konservasi yang diambil IWC termasuk pemilihan wilayah suaka paus, pembatasan metode perburuan, dan batasan penangkapan paus. Paus memiliki peran penting dalam ekosistem laut dengan kontribusinya dalam rantai makanan. Sebagai mamalia laut, paus melahirkan dan bernapas dengan paru-parunya.
Di Indonesia, 35 spesies mamalia laut dilindungi berdasarkan aturan Permen LHK 106/2018, termasuk paus biru, paus sperma, dan paus bungkuk. Mereka bisa ditemui di beberapa Taman Nasional Perairan, seperti di Laut Sawu dan Laut Banda. Ada juga 5 jenis paus kerdil yang dilindungi, seperti paus pilot dan paus pembunuh, yang bisa ditemui di berbagai Taman Wisata Perairan di Indonesia. Perlindungan paus penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan keberlanjutan populasi paus di masa depan.
