Industri teknologi dihantui oleh badai PHK massal, di mana beberapa raksasa teknologi seperti Microsoft dan Meta Platforms (Facebook, Instagram, WhatsApp) memangkas karyawan dengan alasan ‘kinerja buruk’. Business Insider melaporkan bahwa PHK di Microsoft dilakukan tanpa pesangon, sementara Meta menyebut 3.600 karyawan yang di-PHK sebagai karyawan dengan kinerja paling rendah di perusahaan. CEO Meta, Mark Zuckerberg, telah meningkatkan standar kinerja karyawan, namun banyak karyawan yang terkena PHK merasa bingung dengan penilaian kinerja tersebut.
Beberapa karyawan yang terdampak berbagi pengalaman mereka di LinkedIn, termasuk Kaila Curry, mantan Content Manager Meta, yang menunjukkan bahwa meskipun kinerjanya baik, ia tetap di-PHK. Hal ini menimbulkan kebingungan di antara karyawan dan pakar menganggap label ‘kinerja rendah’ yang diberikan kepada karyawan terdampak PHK sebagai subjektif dan tidak adil. Mereka mengkritik Meta karena label tersebut dapat merugikan karir karyawan di masa depan.
Ahli juga menyatakan bahwa karyawan yang di-PHK dan diberi label ‘berkinerja buruk’ tidak selalu menjadi karyawan berkinerja buruk di perusahaan lain. Hal ini menyoroti bahwa penilaian kinerja subjektif dan label ‘kinerja rendah’ dapat merugikan karyawan yang sebenarnya memiliki potensi tinggi. Perdebatan mengenai metode PHK oleh perusahaan teknologi terus berlanjut, menimbulkan kontroversi dan kekhawatiran di kalangan karyawan. Menariknya, penilaian kinerja dan pemutusan hubungan kerja berbasis kinerja di industri teknologi masih menjadi sorotan dan perdebatan dalam waktu yang akan datang.
