Telegram, aplikasi pesan instan yang dikenal karena keamanan dan kecepatannya, telah mencapai tonggak sejarah dengan mencatat lebih dari 1 miliar pengguna aktif per Maret 2025. Pendiri Pavel Durov juga mengumumkan bahwa perusahaan ini berhasil meraih keuntungan sebesar US$547 juta dalam satu tahun terakhir.
Keberhasilan Telegram ini semakin menyudutkan WhatsApp, yang saat ini memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif dan diperkirakan akan mencapai 3 miliar pada akhir 2025. Durov sendiri menyebut WhatsApp sebagai ‘layanan murah yang meniru Telegram’ karena berusaha mengejar inovasi Telegram namun belum berhasil mengungguli pertumbuhan pesaingnya.
Data dari DemandSage menunjukkan bahwa 10 juta orang telah berlangganan layanan berbayar Telegram Premium, dengan India sebagai negara dengan pengguna terbanyak, mencapai 45% dari total pengguna. Mayoritas pengguna Telegram berusia 25-44 tahun, dengan proporsi pria lebih banyak daripada wanita.
Telegram telah menjadi pusat perhatian seiring dengan peningkatan moderasi konten di platform mereka setelah kontroversi yang melibatkan pendiri Pavel Durov, termasuk tuduhan terkait distribusi konten sensitif di aplikasi. Meskipun demikian, Telegram tetap menunjukkan netralitasnya dalam konflik geopolitik, dengan Durov menegaskan komitmennya terhadap privasi dan kebebasan berbicara.
Pengguna Telegram di seluruh dunia juga terus tumbuh, meskipun masih ada tekanan dari berbagai pihak untuk membatasi pertukaran informasi tertentu di platform tersebut. Meski demikian, Telegram tetap menjadi alternatif yang populer bagi pengguna yang mengutamakan keamanan dan privasi dalam berkomunikasi secara digital.
