Media sosial telah berkembang menjadi ekosistem digital yang berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk gaya hidup, pekerjaan, dan pola belanja. Dengan tren gaya hidup yang bermula dari unggahan influencer atau teman, media sosial menjadi sebagai etalase digital yang membuat belanja online menjadi 24 jam penuh dengan beribu bahkan jutaan produk yang tersedia. Penjual dari semua skala memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk dan bahkan menjualnya langsung melalui live shopping. Namun, fenomena “impulsive buying” seringkali terjadi akibat pengaruh media sosial. Paparan konten komersial di media sosial dapat membentuk keinginan yang mungkin tidak pernah kita sadari sebelumnya, terutama dalam hal belanja online. Membelanjakan produk-produk yang tidak perlu dapat berujung pada tingginya tingkat “cart abandonment”, dimana konsumen memasukkan barang ke keranjang belanja online tetapi tidak menyelesaikan pembelian. Hal ini menjadi perhatian para pemasar dalam menghadapi perilaku konsumen digital yang impulsif. Mengetahui perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, memberi jeda waktu sebelum membeli, serta menganalisis pola konsumsi digital dapat membantu konsumen untuk berbelanja secara lebih bijak di media sosial. Oleh karena itu, konsumen bisa menjadi smart shopper dengan memahami proses kognitif dan pertimbangan sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian.
Tips Hemat Belanja: Keranjang Penuh, Dompet Tetap Tebal
Date: