Saham Apple mengalami penurunan 5% pada Jumat pekan lalu setelah mengumumkan pemotongan program pembelian kembali saham. Tim Cook, CEO Apple, juga mengungkapkan bahwa perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar US$900 juta untuk menghadapi perang tarif antara AS dan China. Akibat kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan pemerintahan Trump terhadap impor China, saham Apple sepanjang 2025 turun lebih dari 38%. Apple, dengan 90% rantai pasokannya berada di China, juga menghadapi persaingan ketat dengan pabrikan HP asal China, yang mengakibatkan penurunan penjualan iPhone di negara tersebut.
Untuk mengatasi dampak dari perang tarif, Apple berupaya mengimpor sejumlah iPhone dari China beberapa waktu lalu. Namun, kondisi ekonomi yang tidak menentu di AS juga diprediksi akan berdampak pada penurunan permintaan di pasar domestik Apple. Keputusan perusahaan untuk memangkas program pembelian kembali saham hingga US$10 miliar menunjukkan bahwa Apple membutuhkan likuiditas dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian. Meskipun secara historis Apple biasanya meningkatkan level pembelian kembali saham, ini adalah kali pertama perusahaan tersebut memotong besaran pembelian kembali saham.
Analis telah meramalkan bahwa perang tarif antara AS dan China dapat menyebabkan kenaikan harga jual iPhone. Namun, Cook mengungkapkan bahwa sebagian besar iPhone yang dijual di AS pada kuartal ini akan diproduksi di luar China. Apple juga berencana untuk memindahkan sebagian rantai pasokan iPhone ke India guna mengurangi ketergantungan dengan China. Pemindahan produksi ini akan diiringi dengan peningkatan produksi chip di beberapa negara bagian AS. Meskipun Cook menyadari bahwa pemindahan fasilitas produksi dibutuhkan biaya besar, langkah ini dianggap sebagai salah satu visi jangka panjang Apple untuk merelokasi rantai pasokan dalam skala besar ke India.