Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyebut upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang sudah tertuang dalam rencana Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dapat terus berjalan secara sistematis meski terjadi pergantian menteri. “Menurut saya sistem kerjanya sudah disiapkan. Sistematika kerjanya kayak sistem FOLU Net Sink, Forestry and other Land Use Net Sink 2030 itu sudah ada SK-nya, sudah ada pola kerjanya, blue print sudah tersedia,” ujar Menter LHK Siti Nurbaya dalam pertemuan dengan media di Kantor Kementerian LHK di Jakarta, Senin. FOLU Net Sink 20430 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai di mana kondisi serapan emisi GRK untuk sektor kehutanan dan penggunaan lahan akan sama dengan tingkat emisi yang dihasilkan atau lebih tinggi pada tahun 2030. Komitmen Indonesia itu ingin mendorong tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton setara karbon dioksida. Rencana itu juga dilakukan untuk mencapai target pengurangan emisi GRK secara nasional yaitu sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan internasional seperti tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang diserahkan kepada sekretariat UNFCCC. Siti menjelaskan selain sektor kehutanan yang sudah memiliki peta jalan dalam FOLU Net Sink 2030, terdapat pula sektor pengolahan sampah dan limbah yang ditargetkan emisinya mengalami penurunan 40 megaton setara CO2 (MtCO2e) dengan berbagai langkah yang sudah disiapkan. “Jadi saya kira untuk sektor kehutanan dan sampah yang jumlahnya mungkin bisa 60 persen plus dua atau tiga, 64 persen lah, itu sudah bisa dijaga secara sistematis,” jelasnya. Langkah-langkah pengurangan emisi dari sektor kehutanan dan pengolahan sampah yang dilakukan KLHK, kata Siti, dapat dijalankan oleh birokrasi yang terus bergerak meski terjadi pergantian menteri sebagai dampak dari Pemilu tahun ini.