Kematian satwa liar yang dilindungi pertama kali diketahui oleh petugas patroli di lokasi tersebut pada Kamis (22/2). “Ditemukan di dalam kawasan TNGL pada zona rehabilitasi, dalam kondisi mati oleh petugas patroli taman nasional,” kata Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Blangkejeren, Gayo Lues, Ali Sadikin, dikutip Kantor Berita RMOLAceh, Minggu (25/2).
Ali menjelaskan, kematian orang utan tersebut diduga terjadi saat satwa yang dilindungi itu sedang beristirahat di pohon. Kemudian pohon tersebut roboh diterjang banjir, sementara orang utan itu tidak berhasil menyelamatkan diri. “Orang utan tidak pandai berenang,” jelas Ali.
Ali menambahkan, saat ditemukan orang utan sudah dalam kondisi perut menggembung karena banyaknya air yang masuk ke dalam tubuh saat terbawa arus. “Para petugas tidak menemukan bekas luka atau benda tumpul pada tubuhnya,” ujar Ali.
Menurut Ali, orang utan tersebut sudah dikuburkan di kebun cokelat masyarakat sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik kebun karena bau dari bangkai orangutan telah mengganggu masyarakat.
Ali juga menyatakan bahwa untuk menghindari kejadian serupa pada orang utan, pihaknya akan mengintensifkan kegiatan patroli. Selain itu, petugas juga akan melakukan penghalauan orang utan apabila mereka bersarang di dekat alur sungai.