Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/3), mengatakan bahwa surplus itu menjadi yang ke-46 kali secara berturut-turut sejak Mei 2020 lalu. “Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Amalia. Meski tercatat surplus, namun nilainya tercatat merosot sebesar 1,13 miliar dolar AS (Rp17 triliun) dari Januari lalu, yang sebesar 2,02 miliar dolar (Rp31 triliun). “Yang menjadi catatan, surplus Februari 2024 relatif lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, dan bulan yang sama pada tahun lalu,” jelasnya. Lebih lanjut, Amalia menjelaskan bahwa surplus neraca dagang RI masih ditopang oleh komoditas nonmigas yang mencatat surplus sebesar 2,63 miliar dollar AS. Adapun penyumbang utama surplus komoditas nonmigas ialah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72). Sementara itu, komoditas migas kembali mencatatkan defisit. Tercatat komoditas migas mengalami defisit sebesar 1,76 miliar dolar (Rp27 triliun), dengan penyumbang utama hasil minyak maupun minyak mentah. “Defisit neraca perdagangan migas Februari 2024 ini lebih rendah dari bulan sebelumnya maupun dibandingkan bulan yang sama tahun 2023,” pungkas Amalia. Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News. Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.