Pada akhir pekan lalu, publik dikejutkan dengan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang turun drastis ke angka Rp 8.170 per satu dolar di Google Search. Google telah memberikan penjelasan terkait hal ini, mengungkapkan bahwa data konversi mata uang berasal dari pihak ketiga. Saat mengetahui ketidakakuratan ini, Google segera menghubungi penyedia data untuk melakukan perbaikan.
Diketahui bahwa Google Finance bekerja sama dengan beberapa mitra pihak ketiga untuk menyediakan informasi terkait saham dan konversi mata uang. Namun, Google menegaskan bahwa tidak ada jaminan kesahihan data yang ditampilkan terkait nilai tukar.
Meskipun proses pemulihan sistem masih berlangsung, informasi terbaru menunjukkan bahwa Google Search sudah menampilkan data kurs yang sesuai. Bank Indonesia (BI) juga memberikan tanggapannya terkait kejanggalan tersebut, dengan mencatat bahwa nilai tukar sebenarnya jauh berbeda dengan yang ditampilkan oleh Google.
Perlu dicatat bahwa kegiatan perdagangan dolar mencapai angka sekitar Rp 16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025. Kekeliruan dalam nilai tukar ini mendapat perhatian dari banyak netizen, yang memberikan beragam spekulasi terkait kejadian ini.
Melihat fakta dari laman resmi Bank Indonesia, kurs jual mencapai Rp 16.340 per dolar dan kurs beli sekitar Rp 16.177,70 per dolar. Selain itu, kurs JISDOR saat penutupan perdagangan pada Jumat sebelumnya juga menunjukkan angka sekitar Rp 16.312.
Dalam menghadapi kejadian ini, Google dan BI telah memberikan klarifikasi terkait data nilai tukar yang dikeluarkan, menjelaskan perbedaan signifikan antara informasi yang tertera di Google Search dan data resmi dari BI.