Kemunculan kendaraan otomatis tanpa awak atau yang dikenal dengan autonomous vehicle (AV) semakin meningkat populernya, terutama dengan Waymo milik Alphabet yang menjadi pelopor dan paling cepat dalam mengembangkan layanan taksi otomatis (robotaxi) di Amerika Serikat (AS). Waymo baru saja mengumumkan ekspansi layanannya ke area lebih luas di sekitar San Francisco Bay Area, termasuk Mountain View, Los Altos, Palo Alto, dan Sunnyvale, California. Sebelumnya, Waymo telah membuka layanannya untuk publik di San Francisco pada bulan Juni, namun dengan area layanan yang terbatas. Selain di San Francisco, Waymo juga telah meluncurkan layanan robotaxi komersial di Austin, Texas, sementara pesaingnya seperti Tesla dan Zoox masih dalam tahap pengembangan.
Industri otomotif kini tengah fokus pada pengembangan robotaxi, seperti Waymo, Cruise, Didi Chixing, Baidu Apollo, dan banyak lagi. Di China, proyek robotaxi dan mobil tanpa sopir memiliki progres yang ambisius, terlihat dari kolaborasi antara Baidu dan CATL dalam pengembangan kendaraan tanpa sopir yang kompetitif. Selain itu, berbagai perusahaan seperti Apollo Go, Pony.ai, dan WeRide juga tengah mengembangkan robotaxi di berbagai kota di China.
Perkembangan dunia robotaxi juga membawa dampak sosial, terutama terkait dengan pekerjaan sopir online. Dengan adanya robotaxi, jutaan sopir online di China dikhawatirkan akan kehilangan mata pencarian mereka. Diskusi tentang dampak robotaxi bagi pekerja sopir online sudah menjadi trending di media sosial, di mana banyak yang khawatir akan hilangnya pekerjaan. Sebuah tantangan sosial yang harus dihadapi dengan bijaksana dan inovatif agar tidak merugikan pihak-pihak terdampak.
