Ekspor smartphone dari China ke Amerika Serikat mengalami penurunan signifikan sebesar 72% dalam bulan terakhir, turun di bawah US$700 juta. Penurunan ini melebihi penurunan keseluruhan ekspor barang China ke AS sebesar 24%. Penetapan tarif tinggi AS-China yang mencapai 145% oleh adminsitasi Donald Trump menjadi penyebab utama penurunan ekspor ini. Data bea cukai menunjukkan bahwa dampak tarif ini telah mengganggu rantai pasokan teknologi dari China ke AS. Apple, yang banyak mengandalkan rantai pasokan dari China, mulai melakukan diversifikasi fasilitas produksi ke negara lain seperti India dan Vietnam.
Perang dagang antara AS dan China telah menimbulkan ketegangan besar dan mempengaruhi kesepakatan dagang senilai US$690 miliar. Meskipun perang tarif telah ditangguhkan selama 90 hari, tetapi beberapa ketegangan masih berlanjut. Salah satu dampaknya adalah China memberlakukan sanksi bagi perusahaan yang menggunakan chip AI buatan Huawei.
Produk yang paling banyak diimpor AS dari China sepanjang tahun lalu antara lain smartphone, laptop, dan baterai lithium-ion. Sementara itu, ekspor AS ke China terutama berupa liquid petroleum gas, minyak, kacang kedelai, dan peralatan pembuat semikonduktor.
Raksasa teknologi, termasuk Apple, mulai memindahkan fasilitas produksi mereka sebagai respons terhadap ancaman perang dagang AS-China. Ekspor komponen ponsel dari China ke India misalnya mengalami peningkatan signifikan sejak tahun lalu. Banyak pakar yang menduga bahwa produksi iPhone di AS akan sulit dilakukan karena sebelumnya iPhone tidak pernah diproduksi di sana. Menariknya, India merupakan negara manufaktur terbesar Apple kedua setelah China.
Perubahan dalam proses produksi teknologi dan dampak perang dagang antara AS dan China akan terus memengaruhi pasar global dan rantai pasokan industri teknologi. Mungkin inilah saat yang tepat bagi perusahaan seperti Apple untuk memikirkan lebih jauh strategi produksi mereka di masa depan.