Telegram, aplikasi pertukaran pesan singkat, telah mencapai 1 miliar pengguna aktif pada tahun 2025, mendekati jumlah pengguna aktif WhatsApp yang mencapai 3 miliar. Meskipun demikian, Telegram masih dihadapi tekanan dari beberapa negara, seperti Vietnam yang baru-baru ini memblokir aplikasi tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidakpatuhan Telegram dalam memerangi dugaan kejahatan yang dilakukan oleh pengguna di negara tersebut. Departemen Keamanan Siber Vietnam melaporkan bahwa sebagian besar saluran dan grup Telegram di negara tersebut melanggar hukum, termasuk kasus penipuan, perdagangan narkoba, dan kejahatan terorisme.
Dokumen resmi dari Kementerian Teknologi Vietnam memerintahkan penyedia layanan telekomunikasi untuk segera memblokir Telegram dan melaporkannya ke kementerian. Hal ini dilakukan setelah Telegram menolak untuk berbagi data pengguna kepada pemerintah sebagai bagian dari penyelidikan kriminal. Meskipun demikian, Telegram dan kementerian teknologi Vietnam belum memberikan komentar terkait pemblokiran tersebut.
Vietnam, yang dikenal dengan sensor media yang ketat, telah mengambil langkah serupa terhadap perusahaan media sosial lainnya seperti Facebook, Google, dan TikTok. Telegram dituduh tidak mematuhi undang-undang yang mengharuskan media sosial untuk memantau dan menghapus konten yang melanggar hukum. Oposisi dan kelompok reaksioner telah membentuk saluran di Telegram untuk menyebarkan dokumen anti-pemerintah, menurut laporan kepolisian setempat.