Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dari China semakin pesat dan menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat (AS). OpenAI, perusahaan raksasa AI AS, mengungkapkan bahwa China memiliki potensi untuk mendominasi industri AI global. Melalui Zhipu AI, sebuah startup China, telah berhasil meraih kontrak pemerintah dari berbagai negara, menandakan ambisi China untuk menjadi pemimpin dalam industri teknologi AI. OpenAI juga menyoroti upaya China dalam mengembangkan sistem AI yang bertanggung jawab, transparan, dan dapat di-audit.
Zhipu AI, didukung oleh Partai Komunis China, menghadirkan solusi AI kepada pemerintah dan perusahaan negara di beberapa negara, termasuk Malaysia, Singapura, UEA, Arab Saudi, dan Kenya. Startup ini merupakan bagian dari strategi China dalam membangun sistem AI yang mandiri dan kompetitif secara global untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi buatan AS. Meskipun Zhipu AI menghadapi pembatasan ekspor teknologi AS, perusahaan ini tetap menjadi salah satu pemain kunci dalam industri AI di China.
Selain itu, OpenAI juga telah menjalin kemitraan dan investasi di Timur Tengah dan Asia melalui inisiatif ‘OpenAI for Countries’ untuk membantu negara-negara dalam mengembangkan kemampuan AI berdaulat. Laporan dari OpenAI ini datang saat hubungan geopolitik AS-China memanas, di mana kedua negara terlibat dalam perang dagang yang berlarut-larut. Saling blokir teknologi dan komoditas penting juga terus terjadi antara keduanya. Maka dari itu, persaingan dalam industri AI antara AS dan China dianggap sebagai salah satu aspek kunci dari pertarungan geopolitik global yang sedang berlangsung.