Film animasi Indonesia Merah Putih One For All telah menjadi sorotan sejak peluncurannya. Baru-baru ini, film tersebut dituding menggunakan karakter 3D tanpa izin dari pembuat aslinya. Junaid Miran, seorang seniman 3D asal Pakistan, mengungkapkan bahwa karakternya digunakan dalam film tanpa memberikan kredit kepada dirinya. Menurut Junaid, tim produksi film tersebut menggunakan enam karakter tanpa izin dari dirinya.
Kontroversi ini menimbulkan banyak reaksi dari pengguna internet yang meminta Junaid untuk mengambil tindakan hukum terhadap pihak film. Beberapa pengguna bahkan menyatakan bahwa kemungkinan ada lebih banyak aset yang digunakan tanpa izin dalam film tersebut.
Pada awalnya, banyak netizen sudah mempertanyakan aset karakter dalam film dengan budget yang besar. Selain karakter Junaid, film Merah Putih One For All juga diduga menggunakan aset dari platform Ddaz3D seperti gudang, hutan, air terjun, dan jalanan perkotaan.
Meskipun ada kontroversi ini, eksekutif produser dan sutradara film Endiarto membela karyanya dengan menyebut bahwa kemiripan aset dalam film tersebut adalah hal yang sah. Dia juga menegaskan bahwa tim animator telah bekerja keras untuk menciptakan desain yang unik dan menarik.
Meski terdapat kecaman dan kontroversi seputar penggunaan aset dalam film, Endiarto meminta penonton untuk memberikan penilaian setelah menonton secara penuh. Dia juga menegaskan bahwa kebebasan style dan interpretasi desain dalam film animasi adalah hal yang wajar. Aset yang digunakan dalam film dijual dengan harga tertentu, termasuk aset yang dimiliki oleh Junaid.
Kontroversi mengenai penggunaan aset dalam film animasi Merah Putih One For All akan terus menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar dan pecinta film animasi Indonesia.