Pada 11 Maret 2011, Jepang dilanda Gempa Megathrust berkekuatan M9 yang disertai tsunami setinggi 40 meter. Insiden mematikan ini menyebabkan korban jiwa mencapai 18.500 orang, dengan ribuan lainnya hilang dan terluka. Kerugian materil juga dialami karena kerusakan bangunan dan hunian warga setempat akibat gempa dan tsunami dahsyat. Selain itu, reaktor nuklir Fukushima juga bocor, mencemari lingkungan dan membuat kota itu tidak lagi bisa ditinggali. Tindakan mitigasi bencana menjadi perhatian utama bagi Jepang, yang memiliki teknologi canggih untuk memperingatkan masyarakat sebelum bencana melanda.
Namun, pada insiden tsunami 2011 terjadi kesalahan perhitungan yang signifikan terkait tinggi gelombang. Peringatan tsunami dikeluarkan dengan perkiraan 3 meter, padahal gelombang sebenarnya mencapai 40 meter. Seorang warga bernama Ryo Kanouya mengalami ketakutan saat tsunami tiba dengan menyusul gempa besar. Ryo dan warga lainnya berjuang bertahan, namun banyak yang tidak beruntung.
Kisah Ryo Park memperlihatkan betapa alam tidak bisa diprediksi, dan kesiapsiagaan serta perhatian terhadap lingkungan sangat penting. Meskipun tragedi ini memakan banyak korban, Ryo bersama keluarganya selamat dari bencana tersebut. Dengan menjaga alam dan lingkungan serta terus belajar dari pengalaman masa lalu, semoga kejadian serupa tidak terulang.