Jakarta, CNBC Indonesia – Orang meninggal tidak bebas dari pencurian data. Bahkan banyak pengguna media sosial yang ragu data orang meninggal aman.
Laporan Kaspersky menyebutkan mayoritas konsumen, 61%, meyakini identitas orang yang meninggal rentan pada pencurian identitas. Sebab tidak ada yang memantau apa yang diunggah di dunia maya.
“Masalah pengelolaan jejak digital seseorang sering kali diabaikan dalam aktivitas daring sehari-hari. Namun, hasil survei menggarisbawahi poin penting: sejumlah besar responden menyadari potensi identitas yang dicuri dapat menyebabkan masalah pribadi yang sangat besar bagi pengguna atau orang yang mereka cintai,” kata pakar analisis konten web di Kaspersky, Anna Larkina dikutip dalam keterangan resminya, Rabu (28/8/2024).
Anna juga mengingatkan untuk melakukan beberapa tindakan. Mengingat ada potensi risiko pencurian identitas tersebut.
“Mengingat risiko ini, adalah bijaksana untuk mengadopsi tindakan proaktif yang meningkatkan privasi dan melindungi identitas digital. Dengan melakukan hal itu, individu dapat memastikan bahwa kehadiran daring mereka tetap aman tanpa mengurangi bentuk rasa hormat, apa pun yang terjadi,” jelasnya.
Laporan itu juga menyinggung soal wasiat terkait data yang tersebar sebagai cara mengendalikan jejak digital setelah kematian. Sebanyak 63% setuju siapapun dengan kehadirannya secara online harus menentukan apa yang dilakukan dengan data dan akun sosial pada surat wasiat.
Sementara itu dalam laporan yang sama, 58% responden menyebut keberadaan orang meninggal bisa diciptakan kembali dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). Namun identitas yang diciptakan kembali itu juga membuat responden memiliki pendapat yang berbeda.
Ada yang setuju penciptaan kembali identitas digital pada orang yang meninggal (35%), bisa melalui foto, video atau kenangan lainnya. Namun lebih banyak yang tidak menyetujuinya, yakni mencapai 38%.
(fab/fab)
Next Article
Sindikat Penipu Dunia Serang Asia, Duit Rp 1.019 T Lenyap