Di masa kini, berbagai perusahaan dan organisasi di dunia mulai banyak mengadopsi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Penggunaan teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memperkuat posisi kompetitif para pelaku industri.
Perusahaan konsultan teknologi asal Inggris, AVEVA, menegaskan bahwa teknologi kecerdasan buatan mutakhir dapat meningkatkan proses industri, mendeteksi dan memecahkan masalah secara proaktif, memberikan panduan untuk keputusan berbasis risiko, serta menghasilkan penghematan biaya yang signifikan dan peningkatan daya saing bagi perusahaan.
Kecerdasan buatan juga memaksa industri untuk mengadaptasi dan mengevaluasi kembali cara kerja yang biasanya dilakukan, meliputi pelatihan tenaga kerja, rekayasa proses, pemeliharaan dan perbaikan, dan penjadwalan operasional. Perusahaan bisa memanfaatkan teknologi ini untuk melakukan analisis prediktif, yang memperkirakan hal yang akan terjadi di masa depan berdasarkan data historis dan pemodelan statistik lalu merekomendasikan tindakan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.
Selain analisis prediktif, AI juga membantu menghadirkan solusi pemeliharaan prediktif bagi operasional perusahaan dengan memberikan pemberitahuan peringatan dini dan diagnosis permasalahan yang akan terjadi. Pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan digunakan untuk memprediksi apakah ada sesuatu yang di masa mendatang, sehingga membantu perusahaan meningkatkan keandalan, kinerja, keselamatan, sekaligus mengurangi pengeluaran operasional dan pemeliharaan.
Schneider Electric sebagai pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan otomasi menyoroti pentingnya penerapan AI untuk keberlanjutan atau sustainability. Digital twins, teknologi sensor tambahan dengan konektivitas, alat visualisasi data, semuanya dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan penggunaan energi dalam industri.
Penerapan AI dan teknologi lainnya diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan sosial.