Subduksi Lempeng Indo Australia Menyebabkan Gempa Bumi dengan Magnitudo 5,6 di Nias Selatan menurut BMKG

Date:

BMKG: Subduksi Lempeng Indo Australia pemicu gempa M5,6 di Nias Selatan
Jakarta (ANTARA) – Badan Meteoroligi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan aktivitas subduksi penunjaman Lempeng Indo Australia ke bawah Lempeng Eurasia jadi pemicu terjadinya gempa tektonik bermagnitudo M5,6 di wilayah Nias Selatan, Sumatera Utara, pada Jumat.

“Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan, aktivitas subduksi adalah proses satu lempeng tektonik bergerak di bawah lempeng lainnya, yang terjadi di batas konvergen, di mana dua lempeng bergerak saling mendekat.

Berdasarkan analisis BMKG, episenter gempa bumi berkekuatan magnitudo M5,6 tersebut berlokasi di laut pada jarak 157 kilometer Tenggara Nias Selatan-Sumatera Utara pada kedalaman 48 kilometer.

Gempa berdampak dan dirasakan di Teluk Dalam dan Pulau Hibala dengan skala intensitas III MMI, atau getaran dirasakan nyata dalam rumah seperti getaran seakan-akan ada truk berlalu.

Selanjutnya, juga terasa di Padang, Sumatera Barat dengan skala II MMI, atau Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Namun, ia memastikan hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut.

Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa bumi tektonik pada koordinat 0,67° LS ; 98,50° BT Tenggara Nias Selatan, ditemukan pula bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

“Hasil monitoring sampai dengan pukul 15.10 WIB menunjukkan bahwa adanya satu aktivitas gempa bumi susulan,” katanya.

BMKG mengimbau masyarakat setempat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Selain itu, Daryono mengharapkan, masyarakat memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, atau tidak ada kerusakan akibat getaran yang membahayakan kestabilan bangunan supaya aman dari potensi runtuhnya bangunan diakibatkan gempa.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024

Berita POpuler

Berita Terkait
Related

IOJI: Bukan Tiongkok, Joint Development Harusnya Dilakukan Indonesia-Vietnam

RMOL Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) menggelar diskusi secara...

Antisipasi Kekeringan, Tim Pengabdian Masyarakat ITB Laksanakan Eksplorasi Sumber Daya Air Di Raja Ampat

Raja Ampat, Media KalbarMeski Raja Ampat masyhur dengan keindahan...