Jakarta (ANTARA) – Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Ocky Karna Radjasa mengatakan masa depan Indonesia ada di kelautan karena sebanyak 77 persen wilayah negara ini adalah laut.
“Sebesar 68 persen wilayah laut Indonesia termasuk dalam kategori laut dalam (lebih dalam dari 200 meter). Sementara itu, hanya wilayah laut dangkal yang telah dieksplorasi (kurang dari 200 meter),” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Ocky menuturkan pemahaman tentang dampak pemanasan global terhadap kondisi kelautan perlu menjadi perhatian para ilmuwan terutama BRIN.
Dia mencontohkan dampak pemanasan global laut di sekitar daerah Karimun Jawa. Fenomena pemutihan karang yang terjadi akibat kenaikan suhu permukaan air laut menjadi masalah serius di Karimun Jawa.
Bahkan, potensi laut dalam di Indonesia yang belum tereksplorasi juga terancam akibat pemanasan global.
Kepala Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN Fahrurozi mengatakan terjadinya fenomena perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap biodiversitas biota laut.
Perubahan iklim mulai dari peningkatan suhu air laut hingga perubahan salinitas air laut sangat mempengaruhi bioindustri laut. Kondisi itu mengakibatkan beberapa biota budidaya tidak dapat bertahan hidup atau produksinya menurun.
“Tidak semua biota yang kita budidayakan mungkin dapat bertahan dengan kondisi sekarang. Ini merupakan isu global yang signifikan,” kata Fahrurozi.
BRIN mencatat biodiversitas di wilayah Samudra Hindia bagian Indonesia mengalami kekosongan informasi. Eksplorasi terakhir yang tercatat adalah Ekspedisi Sibolga yang dilakukan pada tahun 1899 hingga 1900.
Berbagai spesies baru banyak ditemukan di. Wilayah Indonesia. Sejak 2018 hingga sekarang telah ditemukan sebanyak 250 spesies di wilayah perairan Samudra Hindia di Indonesia.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024