Home Politik Keringat, Darah dan Air Mata: Menatap Hari-hari Kedepan

Keringat, Darah dan Air Mata: Menatap Hari-hari Kedepan

0

Refleksi Kampanye Akbar 01:

Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat kampanye akbar di JIS, Jakarta Utara, Sabtu 10 Februari 2024 (Ist)

Diantara aroma keringat yang memenuhi ruangan khusus di VVIP JIS kemarin, saya bertemu dengan Gus Muhaimin yang meminta saya melaporkan hal penting. Sebelumnya, kami berkenalan puluhan tahun yang lalu dalam perjuangan demi kesejahteraan rakyat. Saya melaporkan kemungkinan rencana paslon tertentu yang akan mengumumkan kemenangan pada tanggal 14 Februari pukul 4 sore. Juag ada beberapa tokoh publik lainnya yang diminta untuk mendukung pengumuman kemenangan calon capres tersebut. Saya menegaskan tidak akan berkhianat pada Amin karena menurut keyakinan saya, tidak ada paslon yang bisa menang satu putaran. Saya menyarankan Gus Imin dan pak Anies untuk memberikan kebahagiaan kepada rakyat pendukungnya dalam kampanye akbar kemarin dengan meneriakkan hidup mati bersama rakyat pendukungnya.

Bau keringat dalam ruang kecil kemarin datang dari semua tokoh yang ada di ruangan itu, seperti Capres dan Cawapres, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Salim Segaf, Aboe Bakar Al-habsyi, Mahfudz Abdurrahman, Chandra Tirta Wijaya, Saan Mustafa, Faisal Assegaf, Bambang Widjojanto, Fadhil Hasan, Syahrin Hamid, dll dan Thomas Lembong.

Seratusan ribu orang di dalam panggung JIS, ratusan ribu dalam radius ratusan meter dan totalnya jutaan orang yang tidak mencapai JIS merupakan fenomena revolusioner seperti rakyat yang berkumpul di Tahrir Square Mesir pada era Arab Spring, mirip jutaan orang di Hongkong ketika revolusi Umbrella beberapa tahun lalu, dan mirip dengan suasana jutaan massa rakyat mendukung Lula Da Silva, tahun lalu di Brazil. Rakyat datang dengan harapan berjumpa dengan Anies dan Muhaimin. Rakyat berharap merasakan tatapan Anies Muhaimin. Dan Rakyat berharap saatnya perubahan terjadi.

Namun, sayangnya, dalam perebutan kekuasaan faktanya pertarungan yang terjadi selalu antara segelintir elit politik haus kekuasaan yang bersekongkol dengan oligarki rakus, berhadapan dengan kekuatan rakyat. Berbagai upaya dilakukan segelintir elit kekuasaan memanipulasi demokrasi, yang seharusnya jujur, adil, bebas dan rahasia, menjadi terdesain curang secara sistematis, terstruktur dan massif. Dokumentari film, “Dirty Vote”, yang sedang viral menggambarkan bagaimana desain itu bisa dilakukan.

Dirty Vote menceritakan liku-liku Jokowi dan rezimnya mendesain kemenangan sejak lama, antara lain menunjuk puluhan pejabat gubernur dan pejabat Walikota/bupati yang dikendalikan, mempolitisasi bantuan sosial, menggunakan aparat untuk mengintimidasi kekuatan yang tidak pro Prabowo-Gibran, dlsb. Upaya ini sepertinya berbarengan dengan lembaga-lembaga survei yang dikendalikan untuk menggiring oponi bahwa pasangan yang didukung Jokowi, yakni Prabowo-Gibran, akan menang dalam satu putaran.

Kecenderungan pengumuman Prabowo-Gibran menang satu putaran semakin besar. Hal ini terlihat dari lembaga-lembaga survei yang sudah berani menyatakan pasangan tersebut menang di atas 50%. Apakah mereka mungkin menang satu putaran?

Secara teoritis, sesungguhnya menang satu putaran adalah nihil. Saat ini, Jokowi bukan “incumbent”. Sangat sulit untuk mengendalikan kekuatan aparatnya secara total. Pertama kekuatan politik terbelah antara Jokowi di satu sisi dan Megawati di sisi lainnya. Dengan demikian, keinginan Jokowi memenangkan Prabowo-Gibran satu putaran sulit terjadi. Disamping itu, kita melihat semangat rakyat yang mendukung Anies-Muhaimin juga tidak terbendung lagi. Anies-Muhaimin yang secara relatif bersandar pada dukungan rakyat, kelihatannya akan mengimbangi suara Prabowo-Gibran dan juga Ganjar-Mahfud, atau bahkan jauh di atas suara mereka.

Lalu bagaimana jika Prabowo-Gibran mengumumkan kemenangan pada 14/2/2024 sore hari?

Merujuk pada tahun 2019, Prabowo juga melakukan hal yang sama. Prabowo dan jajarannya mengumumkan kemenangan di sore hari pemilu. Ketika ternyata Prabowo dinyatakan kalah, berbagai tokoh-tokoh pendukungnya dimasukkan ke penjara, seperti Eggy Sudjana dan Alm. Lieus Sungkharisma. Prabowo ketakutan dan menyatakan tunduk pada keputusan KPU yang memenangkan Jokowi.

Pada tahun 2024 ini tentunya Prabowo merasa berkuasa. Sehingga dengan mengumumkan kemenangan boleh jadi Prabowo-Gibran mempertahankan klaim kemenangan tersebut dengan kekuatannya. Bagaimana tanggapan pasangan lainnya?

Situasi akan buruk ke depan. Sebab, Prabowo-Gibran kemungkinan di back up oleh KPU yang selama ini dituding meloloskan Gibran secara melanggar UU. Jika KPU mengumumkan kemenangan Prabowo-Gibran satu putaran, kecurigaan terhadap hasil pilpres akan lemah sekali.

Hal ini akan memancing reaksi perlawanan dari kelompok 01 dan 03 serta rakyat pendukungnya. Dalam suasana panas belakangan ini, berbagai kekuatan sosial akan siap menghadapi tekanan kekuasaan. Namun, diperkirakan situasi akan berdarah-darah. Sebab, bentrokan antara kekuatan negara dengan rakyat akan berlangsung lama.

Ini merupakan poin diskusi berdarah-darah. Namun, kekuasaan yang diperebutkan dengan darah dapat dihindari, jika realitas sosial bahwa pemilu tidak mungkin satu putaran difahami betul oleh pihak-pihak, khususnya penguasa dan paslon yang didukungnya.

Keringat dan darah adalah bagian dari perjuangan panjang rakyat untuk menegakkan demokrasi, kebebasan dan keadilan di negeri ini. Rakyat harus bersiap menerima kenyataan ini. Mengorbankan keringat sudah, tinggal darah. Ini pula satu-satunya jalan untuk memastikan Prabowo-Gibran kalah dalam pemilu, sehingga transformasi sosial kearah demokrasi dan kebebasan dapat dilakukan. Oligarki rakus dapat ditumbangkan.

Semoga Allah memberikan kekuatan Nya turun ke bumi pertiwi. Memberikan kita air mata. Tangis. Tangis kemenangan. Dengan keringat, darah dan air mata kita rebut kekuasaan di jalan Allah.

*Penulis adalah Direktur Sabang Merauke Circle.

Source link

Exit mobile version