Home Berita Tak Cuma Malaysia, Asing Kini Serbu Vietnam

Tak Cuma Malaysia, Asing Kini Serbu Vietnam

0




Jakarta, CNBC Indonesia – Industri pusat data (data center) makin moncer seiring meningkatkan kebutuhan pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Wilayah Asia Tenggara ramai diincar investor asing untuk membangun data center.

Malaysia dan Vietnam adalah dua destinasi yang belakangan marak jadi tempat investasi perusahaan asing. Terbaru, Google dilaporkan berencana membangun data center raksasa di Vietnam, menurut sumber dalam.

Dikutip dari Reuters, Kamis (30/8/2024), ini bisa menjadi investasi besar besar-besaran pertama Google di kawasan Asia Tenggara.

Lebih lanjut, data center berskala super besar (hyperscale) tersebut dirumorkan akan dibangun dekat dengan Ho Chin Minh. Sumber itu menolak diungkap identitaskan karena informasi ini tak bersifat publik.

Ia tak memperinci besaran investasi yang digelontorkan Google. Jika benar, ini menjadi pencapaian besar bagi Vietnam. Pasalnya, selama ini Vietnam kalah saing dengan negara-negara tetangga untuk menarik investor asing dalam membangun infrastruktur besar-besaran.

Belum jelas kapan Google akan mencapai keputusan investasi tersebut. Namun, kabarnya data center raksasa di Vietnam akan siap pada 2027 mendatang.

Juru bicara Google menolak berkomentar soal rencana pembangunan data center di Vietnam.

Data center hyperscale adalah yang terbesar di industri saat ini. Konsumsi listriknya biasanya setara dengan kebutuhan kota besar.

Kapasitas konsumsi listriknya bisa mencapai 50 megawatt dan bernilai US$ 300-650 juta (Rp 4,6-10 triliun), menurut estimasi dari data yang dipublikasikan konsultan real estate Jones Lang LaSalle dalam laporan data center di Vietnam.

Keputusan Google membangun data center raksasa di Vietnam karena banyaknya klien layanan cloud domestik dan asing di negara tersebut.

Selain itu, ekonomi digital di Vietnam juga masih terus berekspansi, menurut sumber dalam. Vietnam merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang pasar YouTube-nya tumbuh paling pesat.

Pada Mei lalu, Nikkei melaporkan raksasa e-commerce China, Alibaba, juga mempertimbangkan membangun data center di Vietnam. Namun, Alibaba menolak memberikan konfirmasi kepada Reuters.

Bukan Indonesia, Ini Raja Data Center Asia Tenggara

Di kawasan Asia Tenggara, beberapa negara sudah jauh lebih banyak menarik investor asing untuk data center. Masing-masing adalah Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Pada Mei lalu, Google mengatakan akan berinvestasi US$ 2 miliar ke Malaysia untuk mengembangkan data center dan Google Cloud.

Microsoft juga berinvestasi US$ 2,2 miliar untuk ekspansi infrastruktur AI di Malaysia. Sementara itu, ByteDance berencana menggelontorkan US$ 2,13 miliar untuk membangun pusat AI di Negeri Jiran.

Vietnam selama ini tertinggal karena regulasi yang dinilai tak menarik bagi investor asing karena wajib melakukan lokalisasi data. Namun, pada November lalu, legislator Vietnam memutuskan data center asing bisa memiliki kepemilikian penuh.

Alasan Indonesia Belum Dilirik Asing

Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengatakan, banyak insentif untuk para pelaku data center yang diberikan pemerintah Malaysia dan beberapa negara lain di kawasan Asia Tenggara. Bahkan untuk perusahaan yang menggunakan teknologi green, insentifnya ditambah lagi.

“Kalau di Indonesia, ini memang belum terjadi tapi kalau pemerintah lewat RUU EBT (Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan) yang saat ini sedang digodok di Komisi VII DPR RI berhasil memberikan tambahan insentif dari sisi green initiative, itu akan sangat mendorong tumbuhnya industri data center di Indonesia yang saat ini tumbuh 20-30 persen per tahunnya,” kata Hendra dalam Profit di CNBC Indonesia, beberapa saat lalu.

Malaysia juga melakukan pemangkasan birokrasi yang memudahkan investasi bisnis saat masuk ke negaranya.

Di Malaysia, perusahaan asing bisa hanya menggunakan high level design untuk mendapatkan izin membangun. Sementara di Indonesia harus sampe ke detil engineering design, yang artinya memakan waktu dan biaya yang tidak murah.

Di sisi lain, kalau saja Indonesia juga fokus dengan renewable energy, banyak sekali perusahaan yang berbasis di Amerika Utara dan Eropa Barat yang bersedia untuk melakukan kerjasama pembangunan data center.

Karena negara-negara tersebut fokus ke ESG (Environmental, Social and Governance), dan mereka ada komitmen Paris Accord. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan energi terbarukan, bisa mendorong tumbuh kembangnya industri data center.

“Banyak investor di Amerika Utama dan Eropa Barat fokus terkait ESG nya jadi mereka juga fokus bagaimana energy yang di supply di data center ini didapat dari sumber yang green atau less emissions karbonnya,” jelasnya.

Selama investor melihat negara stabil secara politik, juga mendukung industrinya untuk bisa bertumbuh seperti lewat insentif pajak, kemudian ada green initiative insentif, akan mendorong mereka untuk masuk ke negara tertentu.

(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indosat Resmikan AI Experience Center Pertama di Indonesia





Next Article



Asing Sorot Malaysia Kebanjiran Dolar, Indonesia Cuma Diperas




Source link

Exit mobile version