Bos Nvidia, Jensen Huang, mengungkapkan pandangannya terkait perang dagang dengan China yang diyakini akan merugikan Amerika Serikat (AS). Huang memperkirakan perkembangan pesat teknologi di Beijing akan memberikan dampak positif bagi AS, dengan pasar kecerdasan buatan (AI) di China diprediksi bisa mencapai US$50 miliar dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Hal ini diharapkan akan membantu AS dalam mendapatkan pendapatan, pembayaran pajak, serta menciptakan banyak peluang kerja dengan menjual teknologi mereka ke China.
Dalam sebuah konferensi sebelumnya, Huang juga memuji kemajuan China dalam bidang AI dan menyebut Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi terdepan di dunia. Meskipun Nvidia terdampak oleh perang dagang antara kedua negara, di mana AS membatasi pengiriman chip H20 perusahaan ke China, Huang tetap optimis bahwa AS masih memiliki potensi untuk berkontribusi dalam pengembangan AI secara global.
Meski Nvidia harus menghadapi biaya kuartalan sebesar US$5,5 miliar akibat pembatasan perdagangan tersebut, Huang berharap AS dapat terus menunjukkan kemampuan AI yang dimilikinya kepada dunia. Dia pun mendorong AS untuk merangkul perkembangan teknologi AI secara lebih luas dan memastikan bahwa kemajuan tersebut dapat dinikmati oleh banyak orang.
Dengan begitu, Huang berpendapat bahwa AS perlu terus meningkatkan inovasi dalam bidang kecerdasan buatan untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam industri teknologi global. Seiring dengan itu, ia berharap AS dapat melihat manfaat yang mungkin didapat dari kerjasama dengan China dalam mengembangkan teknologi AI di masa depan.