Kejayaan Nvidia yang sudah tumbuh pesat mendadak terhenti pada tahun ini akibat meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China. Sebelumnya, Nvidia selalu mencatat rekor pertumbuhan bisnis dan sahamnya meroket. Namun, situasi berubah dengan penurunan saham Nvidia lebih dari 20% sepanjang tahun ini. Hal ini dipicu oleh munculnya DeepSeek dari China yang mampu menghasilkan sistem AI canggih tanpa biaya tinggi.
Tidak hanya itu, Nvidia juga terdampak perang tarif antara AS dan China yang menghambat rantai pasokan. Langkah terbaru Trump dalam mengontrol ekspor chip dari AS ke China juga memberikan dampak negatif bagi Nvidia. Chip H20 Nvidia, yang awalnya dirancang khusus untuk pasar China, kini dilarang dikirim ke negara tersebut. Hal ini membuat Nvidia kehilangan pangsa pasar yang cukup besar dan berpengaruh pada pendapatan perusahaan.
Di sisi lain, raksasa chip China, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), justru mengalami kenaikan profit yang signifikan. SMIC, produsen chip kontrak terbesar di China, melaporkan kenaikan profit 161,9% pada kuartal pertama tahun 2024. Keberhasilan SMIC dalam memasok chip untuk seri Huawei Mate 60 Pro pada 2023 membuatnya semakin dikenal secara global.
Ditambah dengan HP Huawei yang menjadi penanda bangkitnya Huawei di pasar ponsel China, setelah menghadapi sanksi dari AS sejak 2019. SMIC, sebagai mitra Huawei, telah memproduksi chip Kirin 9000s yang mendukung teknologi 5G. Perkembangan chip buatan SMIC terus mengikuti perkembangan zaman, dengan produksi chip 5nm dan 7nm yang semakin canggih.
Meskipun laba dan pendapatan SMIC mengalami peningkatan pada kuartal pertama tahun ini, namun masih belum mencapai estimasi yang diharapkan oleh analis. Hal ini menunjukkan tantangan yang harus dihadapi oleh Nvidia di tengah persaingan sengit dengan raksasa chip China.