Menurut sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Royal Society Open Science, nenek moyang Tiranosaurus Rex (T-rex) kemungkinan besar berasal dari Asia, bukan dari Amerika seperti yang sebelumnya diduga. Penelitian ini menemukan bahwa T-rex berasal dari Asia dan kemudian menyeberang ke Amerika Utara melalui jembatan darat antara Siberia dan Alaska modern sekitar 70 juta tahun yang lalu.
Kepemimpinan penelitian ini dipegang oleh Cassius Morrison dari University College London. Ia menjelaskan bahwa jumlah Tyrannosaurids yang lebih sedikit daripada dinosaurus herbivora yang menjadi mangsa mereka membuat peluang untuk diawetkan dalam catatan fosil lebih kecil. Peneliti menggunakan pemodelan matematika untuk menggabungkan data fosil, silsilah keluarga T-rex, serta kondisi iklim dan lingkungan untuk mengungkap asal usul dan evolusi T-rex. Peneliti juga menemukan bahwa T-rex mengalami peningkatan ukuran saat suhu global menurun, menunjukkan kemampuan hewan ini untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.
Studi ini juga menunjukkan bahwa T-rex memiliki hubungan lebih dekat dengan Tarbosaurus di Asia daripada dengan dinosaurus di Amerika Utara. Daerah asal nenek moyang T-rex diperkirakan merupakan tempat beriklim sedang dengan hutan hujan. Peningkatan ukuran T-rex juga terjadi saat spesies pemangsa besar lainnya punah, menjadikan T-rex sebagai pemuncak rantai makanan pada periode tertentu.
Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru tentang asal usul dan evolusi T-rex, serta memberikan kontribusi dalam pemahaman tentang adaptasi hewan terhadap perubahan iklim. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah meneliti lebih lanjut tentang nenek moyang T-rex dan hubungannya dengan lingkungan alaminya.
