China semakin gencar mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk bersaing dengan Amerika Serikat (AS) dalam mendominasi sektor tersebut. Baidu, perusahaan raksasa China yang disebut sebagai ‘Google-nya China’, mengumumkan pembukaan akses global untuk model bahasa besar (LLM) miliknya, ERNIE. Melalui gebrakan terbarunya, Baidu memperkenalkan model ERNIE X1 yang diklaim memiliki performa setara dengan DeepSeek R1 namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Langkah Baidu ini dianggap sebagai pencapaian signifikan dalam kontes teknologi AI, yang memperkuat posisi dominasi China dan menantang hegemoni AS dalam sektor tersebut. Analis AI, Strasmore, menyatakan bahwa langkah Baidu bisa mengubah lanskap industri secara drastis dengan merubah dinamika biaya dan akses terhadap model AI. Meskipun dampaknya mungkin tidak sebesar rivalnya, DeepSeek, namun langkah ini dianggap bisa mengubah kompetisi AI dunia.
Desakan dari Baidu untuk membuka akses model AI kuatnya juga membuat para pesaing, termasuk OpenAI dan Anthropic, berhadapan dengan tekanan untuk menyediakan API terbuka dengan harga yang lebih bersaing. Baidu dianggap telah memberikan sinyal bagi startup di seluruh dunia untuk tidak terjebak membayar harga tinggi untuk alat AI. CEO Baidu, Robin Li, menekankan bahwa tujuan langkah ini adalah untuk mempercepat inovasi di skala global.
Meskipun beberapa pengamat di AS meremehkan dampak dari langkah Baidu ini, faktor minimnya kesadaran publik terhadap perusahaan China tersebut, namun dampaknya terhadap pasar global dinilai serius. Baidu memberikan contoh bahwa keberhasilan dilakukan tergantung pada inovasi yang bisa dijangkau tanpa terkendala oleh biaya. Keseluruhan, langkah Baidu ini dianggap sebagai deklarasi perang terhadap harga di sektor AI.