Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah mengambil tindakan menyita ratusan rekening bank, website palsu, dan laptop milik agen Korea Utara yang berpura-pura menjadi pekerja remote untuk bergabung dengan perusahaan teknologi terkemuka secara global. Mereka menggunakan identitas palsu dan perangkat AI untuk lolos dari wawancara kerja dan berhasil diterima di perusahaan Fortune 500. Uang yang dihasilkan dari pekerjaan mereka kemudian digunakan untuk membiayai program pengembangan senjata pemerintah Korut.
Jumlah agen Korut yang menggunakan taktik tersebut meningkat seiring dengan tren perusahaan AS menerima pekerja fleksibel akibat pandemi Covid-19. Departemen Kehakiman AS mengungkapkan bahwa sekitar 100 perusahaan AS secara tidak sadar mempekerjakan orang yang terkait dengan pemerintahan Korut untuk mencuri kekayaan intelektual dan uang virtual. Perusahaan kontraktor pertahanan di California menjadi target Korut dengan data teknis dan dokumen terkait AI mereka diakses dan dikirim ke luar negeri.
Selain itu, pihak FBI menyebutkan bahwa perusahaan yang bekerja untuk pemerintah dan mempekerjakan pekerja remote adalah korban potensial. Agen Korut didukung oleh individu bertanggung jawab atas fasilitas “ladang laptop” di AS untuk menyamarkan lokasi mereka. FBI berhasil menyita sekitar 200 laptop, puluhan rekening, dan website palsu yang digunakan agen Korut untuk mencuci uang. Dukungan juga datang dari individu dari AS, China, Uni Emirat Arab, dan Taiwan.
Seorang warga negara AS, Wang Zhenxing, ditangkap karena terlibat dalam membantu agen asing bekerja di perusahaan AS dengan pencurian identitas 80 warga negara AS dan mencari keuntungan lebih dari US$ 5 juta dari bisnisnya. Tindakan ini menunjukkan bahwa kerja remote semakin kompleks dan memerlukan langkah-langkah keamanan yang ketat untuk menjaga data perusahaan tetap aman.