Shein, raksasa e-commerce China, pernah beroperasi di Indonesia antara tahun 2018-2021 sebelum ditolak oleh pemerintah karena dikhawatirkan akan merugikan UMKM lokal dengan menawarkan harga barang yang sangat murah langsung dari pabrik ke konsumen tanpa perantara. Model bisnis serupa juga dilakukan oleh Temu yang berasal dari China dan keduanya dilarang beroperasi di Indonesia. Meskipun demikian, Shein dan Temu terus ekspansi pasar ke negara lain meski menghadapi hambatan kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait tarif tinggi untuk barang impor asal China dan penghapusan kebijakan de-minimis yang membebaskan bea masuk bagi barang murah di bawah US$800.
Di tengah hambatan tersebut, meskipun dilarang di Indonesia pada 2020, Shein tetap melanjutkan ekspansi ke negara lain seperti India dengan memperkenalkan segmen mode cepat yang mengalami pertumbuhan signifikan hingga 30-40% hingga Maret 2025. Pertumbuhan ini sejalan dengan tren industri e-commerce India yang bergeser ke kategori fashion dengan pergeseran pembelian dari barang elektronik mahal ke produk senilai US$5-8. Kolaborasi Shein dengan Reliance, konglomerasi India, terbukti menguntungkan dengan ekspansi pemasok hingga 1.000 pabrik di India, mengurangi siklus inventaris, dan menghemat modal kerja hingga US$187 juta.
Selain itu, Shein juga memanfaatkan 400 gerai Reliance Trends sebagai fasilitas produksi dan akan mengekspor produk buatan India ke luar negeri untuk menghindari tarif ekspor China. Respons positif juga datang dari pengguna di India yang menyambut baik kehadiran Shein dengan 650 ribu pengguna aktif bulanan yang membuka aplikasi Shein 18 kali per bulan dengan durasi lebih dari tiga menit per sesi, meningkatkan keterlibatan online dalam industri fashion di India.