Laron, atau serangga bersayap, sering muncul saat musim hujan tiba dan kerap mengganggu orang dengan aktivitasnya yang beterbangan di sekitar lampu. Namun, sebenarnya laron memiliki peran penting dalam ekosistem dan merupakan bagian dari siklus hidup rayap yang unik. Laron adalah bentuk dewasa dari rayap yang sudah memiliki sayap dan muncul dalam kelompok setelah hujan pertama turun, dalam sebuah fenomena yang dikenal sebagai “nuzul laron”. Setelah proses kawin, laron jantan akan mati, sementara betina akan mencari lokasi baru untuk membangun koloni. Selain membantu menguraikan kayu dan material organik, laron juga menjadi bagian dari rantai makanan, dikonsumsi oleh hewan seperti kelelawar dan burung.
Kemunculan laron biasanya terjadi di awal atau sepanjang musim hujan, dan serangga ini tertarik pada cahaya lampu di malam hari. Sebelum tumbuh sayap, laron masih berupa rayap muda dan kemudian keluar dari sarangnya setelah kondisi sarang menjadi lembap akibat hujan. Setelah mencari pasangan, laron betina akan bertelur dalam jumlah besar dan bertugas untuk bertelur seumur hidupnya setelah menjadi ratu. Laron yang tidak berhasil menemukan pasangan akan mati menjelang pagi dan menjadi santapan bagi predator alaminya seperti cicak, burung, atau kadal. Di beberapa daerah, laron bahkan dikumpulkan dan dimakan karena kaya akan protein dan dianggap sebagai sumber makanan bergizi tinggi. Meskipun sering dianggap menyusahkan, keberadaan laron memberikan kontribusi penting dalam keseimbangan lingkungan.
