Industri pariwisata menghasilkan total nilai devisa nasional sebesar Rp 190 triliun pada tahun lalu, menempatkan pariwisata di posisi kedua setelah ekspor kelapa sawit yang mencapai Rp 239 triliun. Namun demikian, industri pariwisata masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan, mengingat keindahan wilayah nusantara yang luar biasa.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, menyebut pariwisata sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, Doni juga menekankan bahwa Indonesia merupakan kawasan rawan terhadap potensi bencana alam seperti gunung api aktif dan siklus gempa yang tidak dapat diprediksi secara tepat waktu.
Doni menekankan pentingnya para pelaku pariwisata untuk memahami penanggulangan bencana yang semakin meningkat, serta menekankan upaya pencegahan dan mitigasi. Data BNPB menunjukkan bahwa sebanyak 1.586 bencana terjadi pada Januari hingga April 2019, dengan 98% merupakan bencana hidro-meteorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung.
Doni menyampaikan bahwa pelaku pariwisata memiliki peran penting dalam penanggulangan bencana, baik melalui upaya prabencana maupun melalui upaya mitigasi vegetasi terhadap hotel atau penginapan di dekat kawasan pantai.
BNPB juga menyebut bahwa bencana alam dapat menyebabkan kerugian yang signifikan, termasuk efek domino seperti pembatalan kunjungan wisatawan hingga 10%. Diskusi ini dihadiri oleh perwakilan pelaku usaha perhotelan dan pariwisata dari wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Tujuan dari diskusi ini adalah untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan, memperkuat aspek penyelamatan jiwa, serta membangun kesiapsiagaan dalam industri pariwisata. Semua upaya ini dilakukan untuk menjaga sektor pariwisata dari potensi bencana alam yang dapat mengganggu keberlangsungan industri pariwisata.
