Karyawan Google Muak, Gelisah Jadi Antek Israel

Date:




Jakarta, CNBC Indonesia – Ratusan pekerja di Google DeepMind, divisi AI perusahaan, menandatangani petisi yang menyerukan raksasa teknologi itu untuk membatalkan kontrak dengan organisasi militer yang dibuat tahun ini. Petisi diketahui dari salinan dokumen yang ditinjau oleh TIME dan lima orang yang mengetahui masalah ini.

Surat tersebut beredar di tengah meningkatnya kekhawatiran karyawan bahwa teknologi AI Google dijual kepada militer yang terlibat dalam perang. Menurut mereka tindakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap aturan AI Google.

Petisi yang ditandatangani 200 orang karyawan itu merupakan tanda perselisihan yang berkembang di internal Google, setidaknya di beberapa pekerja divisi AI yang telah berjanji untuk tidak pernah bekerja pada teknologi militer. Juga pada bisnis Cloud yang memiliki kontrak untuk menjual layanan Google, termasuk AI yang dikembangkan di dalam DeepMind, kepada beberapa pemerintah dan militer termasuk Israel dan Amerika Serikat.

Petisi tersebut mewakili sekitar 5% dari keseluruhan jumlah karyawan DeepMind, demikian dikutip dari laporan TIME, Jumat (23/8/2024).

Petisi karyawan DeepMind, tertanggal 16 Mei tahun ini, diawali dengan pernyataan bahwa para pekerja “khawatir dengan laporan terkini tentang kontrak Google dengan organisasi militer.”

Petisi itu tidak merujuk ke militer tertentu secara spesifik, mereka hanya mengatakan “kami tegaskan bahwa surat ini bukan tentang geopolitik konflik tertentu.”

Namun, petisi itu menautkan ke laporan TIME pada April lalu yang mengungkapkan bahwa Google memiliki kontrak langsung untuk memasok komputasi awan dan layanan AI kepada militer Israel, yang disebut Project Nimbus.

Surat itu juga menautkan ke berita lain yang menuduh bahwa militer Israel menggunakan AI untuk melakukan pengawasan massal dan pemilihan target untuk kampanye pengebomannya di Gaza, dan bahwa perusahaan senjata Israel diharuskan oleh pemerintah untuk membeli layanan awan dari Google dan Amazon.

“Keterlibatan apapun dengan manufaktur militer dan senjata memengaruhi posisi kami sebagai pemimpin dalam AI yang etis dan bertanggung jawab, dan bertentangan dengan pernyataan misi kami dan Prinsip AI yang dinyatakan,” kata surat yang beredar di dalam Google DeepMind.

Prinsip-prinsip tersebut menyatakan perusahaan tidak akan mengejar aplikasi AI yang cenderung menyebabkan kerugian secara keseluruhan, berkontribusi pada senjata atau teknologi lain yang tujuan atau implementasi utamanya adalah untuk menyebabkan cedera, atau membangun teknologi yang tujuannya bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia yang diterima secara luas.

Surat tersebut mengatakan para penandatangannya prihatin dengan “memastikan bahwa Prinsip AI Google ditegakkan,” dan menambahkan “Kami percaya kepemimpinan [DeepMind] memiliki kekhawatiran yang sama dengan kami.”

Juru bicara Google mengatakan saat mengembangkan teknologi AI dan menyediakannya bagi pelanggan, mereka mematuhi Prinsip AI perusahaan yang menguraikan komitmen untuk mengembangkan teknologi secara bertanggung jawab.

“Kami telah sangat jelas bahwa kontrak Nimbus adalah untuk beban kerja yang berjalan di cloud komersial kami oleh kementerian pemerintah Israel, yang setuju untuk mematuhi Persyaratan Layanan dan Kebijakan Penggunaan yang Dapat Diterima,” kata juru bicara Google.

“Pekerjaan ini tidak ditujukan pada beban kerja yang sangat sensitif, terklasifikasi, atau bersifat militer yang relevan dengan persenjataan atau layanan intelijen.” imbuhnya.

(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AI Bakal Jadi Masa Depan Bisnis Perbankan, Cek Faktanya!




Next Article



Penduduk Negara Ini Untung Gede dari AI, Satu Orang Rp 182 Juta




Source link

Berita POpuler

Berita Terkait
Related