Peresmian dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi.
Luhut mengatakan kehadiran Bandara Dhoho akan mengembangkan konektivitas dan ekonomi di selatan Pulau Jawa.
Bandara Dhoho merupakan proyek percontohan pertama di tanah air dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) unsolicited, di mana pemrakarsa dan pendanaannya dari pihak swasta atau non APBN.
“Kehadiran Bandara Dhoho mencerminkan kolaborasi efektif antara sektor publik dan swasta, serta menunjukkan bahwa skema KPBU mampu mengatasi tantangan pembangunan dengan cepat dan efisien,” ujar Luhut.
Keberadaan Bandara Dhoho akan didukung oleh akses jalan tol yang membutuhkan waktu satu jam dari dan menuju Kediri, dan tidak lagi bergantung ke Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
“Nanti kalau tolnya jadi dan sudah tersambung hanya satu jam menuju ke Kediri bisa terbang ke berbagai rute termasuk untuk melayani masyarakat perjalanan haji dan umrah,” terang Luhut.
Senada dengan Luhut, Budi Karya Sumadi menyampaikan bahwa potensi penumpang Bandara Dhoho sangat besar, terutama untuk perjalanan umroh dan haji.
Ia berharap Bandara Dhoho dapat menjadi bandara kedua di Jawa Timur setelah Bandara Juanda, mengingat wilayah selatan dan barat Jawa Timur belum memiliki bandara.
“Untuk haji, kita rencanakan akan dibangun asrama haji di sini. Kami juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Agama agar tujuh kabupaten di sekitar Kediri bisa menggunakan Bandara Dhoho. Untuk umroh, kami akan segera memulainya,” ujar Budi.
Budi yakin, dengan adanya Bandara Dhoho akan ada pemerataan ekonomi di Jawa Timur.
Bandara Dhoho diharapkan membawa dampak signifikan bagi ekonomi dan sosial regional. Kehadirannya merupakan peluang bisnis baru dan diharapkan akan lebih banyak lapangan kerja di sektor transportasi, pariwisata, dan perhotelan. 
